Sebelum berangkat traveling kita biasanya excited sama hal-hal menyenangkan ala-ala liburan. Kalau saya selalu tidak sabar untuk bertemu hal-hal baru yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Entah itu sebuah kota, bangunan, orang-orangnya dan yang paling menarik tentu budayanya. Saya juga sangat suka menjalin pertemanan dengan orang-orang baru yang saya temui di perjalanan. Rasanya kebahagiaan saya meledak saat bisa berkomunikasi dengan mereka dan berbagi tawa dengan mereka. Tetapi ternyata nggak semuanya seperti imajinasi sebelum berangkat. Banyak kejadian horror mulai dari hantu sampai orang-orang di perjalanan yang membuat perjalanan menjadi lebih dramatis. Apa aja sih, yang pernah saya alami? Ini beberapa kisah horror yang pernah saya alami saat traveling.
- GADIS KECIL BERKEPANG SATU
Veliky Novgorod adalah kota tua yang menjadi cikal bakalnya Rusia. Di sana banyak bangunan-bangunan tua bersejarah ataupun gedung-gedung apartemen yang bangunannya memang sudah sangat tua. Nah, saya menginap di salah satu apartemen yang berada di bangunan tua itu bertetangga dengan seorang wanita tua yang tinggal bersama kucingnya. Saya lihat banyak wanita-wanita tua yang hidup sendirian di apartemen bersama kucingnya. Pemilik apartemen seorang wanita paruh baya yang tidak bisa berbahasa Inggris tetapi untungnya kami bisa saling memahami menggunakan bahasa isyarat dan kertas print bukti sewa apartemen. Si pemilik langsung pergi begitu saya menyelesaikan pembayaran.
Begitu mendorong pintu gedung tua ini, saya disergap suasana muram dan sepi. Saya merasa ada yang mengamati dari sudut-sudutnya. Cat dinding yang kelabu dan debu yang menempel di setiap sisinya membuat pemandangan menjadi menyeramkan. Apartemen yang saya sewa ada di lantai 4 tanpa lift jadi saya harus mengusung koper saya melalui tangga tua yang sudah rompal pinggirannya. Saya menyesal membawa koper bukan ransel seperti biasanya. Begitu sampai di lantai 4 dan membuka apartemen yang saya sewa, entah kenapa saya merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Itu tadi, saya merasa ada yang mengawasi diam-diam. Tetapi sudah malam dan lelah maka saya mengabaikan itu.
Apartemen ini lumayan luas, ada empat tempat tidur meski dua antaranya sofa bed, balkon, satu kamar mandi, satu dapur beserta semua perlengkapannya dan gudang kecil yang ada di dekat kamar tidur dalam. Gudang ini kosong, hanya ada cantolan baju saja dan perlengkapan jas hujan. Saya menyewa apartemen ini bersama beberapa teman, dan memilih kamar dalam yang dekat dengan gudang. Usai membersihkan diri, saya membaringkan tubuh karena kecapekan sementara beberapa teman mencari makan malam. Saya menitip makanan ke mereka dan memanaskan air di dapur untuk membuat minuman hangat. Suhu sekitar 13 derajat celcius, tidak terlalu dingin meskipun untuk orang tropis seperti saya tetap saja menggigil. Begitu mereka pulang saya langsung makan malam dan tidur lebih dulu.
Ketika membaringkan tubuh di dipan bersprei putih itu, saya masih merasa ada sesuatu yang mengawasi saya diam-diam. Saya jadi tidak nyaman tidur di samping gudang kecil itu. Tetapi saya mengabaikannya dan mencoba berdoa. Di luar terdengar ramai sekali suara orang sedang pesta, mungkin di sebelah apartemen ini bar atau tempat nongkrong-nongkrong. Sementara teman-teman masih ribut makan malam dan memilih-milih foto di handphone mereka. Saya terlalu capek sehingga terlelap lebih dahulu.
Tiba-tiba saya melihat gadis kecil berusia sekitar 13 tahun, berperawakan ramping, rambutnya yang pirang dikepang satu, mengenakan baju atasan warna broken white dengan kerah bundar dipadu dengan rok pendek kain planel kotak-kotak merah, tampak rapi dan manis dimasukkan dengan sabuk. Gadis kecil ini keluar dari gudang di samping saya sambil tersenyum manis. Ia mengulurkan tangannya mengajak saya salaman lalu mengucapkan sesuatu dalam bahasa Rusia, saya seperti memahami bahwa itu ucapan selamat datang. Saya bangkit dari tempat tidur dan menyalami gadis itu dengan senang. “Terima kasih,” jawabku. “Saya akan tinggal di sini beberapa hari.” Lalu, setelah bersalaman cukup lama, saya ingin melepaskan tanganku. Mendadak tangan gadis itu terasa sangat dingin, dan ia tidak mau melepaskan tanganku. Ia menarik tanganku dengan kuat sampai aku jatuh terperosok ke dalam gudang kecil itu. Gadis itupun tertawa cekikikan melihatku jatuh, tawanya sangat menakutkan.
Saya berteriak-teriak ketakutan dalam mimpi yang membuat teman-teman yang belum tidur lari ke arahku dan membangunkanku. Saya bangun dengan ketakutan lalu menoleh ke gudang di sebelah saya. Tetap saja saya merasa ada yang mengawasi dari sana, akhirnya sepanjang malam saya menyalakan lampu padahal saya tidak bisa tidur menggunakan lampu. Kejadian itu membuat kami semua waspada dan tidak membiarkan salah satu dari kami sendirian. Tetapi meski kejadian selanjutnya teman yang lain justru melihat secara nyata penampakannya, saya tidak diganggu lagi. Mungkin itu ucapan selamat datang dan saya tidak diganggu lagi.
- SIAPA YANG MEMANGGIL NAMAKU?
Siem Reap Kamboja terkenal dengan eksotisme masa lalunya yang berupa candi-candi tua. Tetapi di sana juga banyak hotel-hotel dengan bangunan yang sudah tua. Saya memesan hotel itu dari aplikasi karena harganya miring dan mendapatkan sarapan yang berlimpah berupa prasmanan. Tetapi ternyata hotel ini banyak yang menunggu tanpa bisa dilihat oleh mata tamu-tamunya.
Halaman hotel ini teduh sekaligus gelap karena banyak tumbuhan. Kamar saya ada di lantai dua. Begitu memasuki kamar saya sudah disambut dengan lukisan wanita berbaju tradisional warna putih dengan rambut lurus panjang berponi dan mata menatap ke siapa saja di depan lukisan. Mata gadis dalam lukisan itu seperti hidup. Sangat menganggu dan menakutkan. Tetapi saya mengabaikan semua perasaan tidak enak itu dan berusaha untuk istirahat. Sangat melelahkan perjalnaan naik bus umum dari Phnom Penh selama delapan jam. Saya langsung tidur setelah membersihkan badan dan mengganti baju.
Tiga jam tidur, waktu saya terbangun tiba-tiba lantai di kamar itu banjir. Baju-baju yang saya letakkan di lantai karena kecapekan untuk memasukkan ke dalam ransel basah semua. Anehnya basahnya hanya di samping tempat tidur saya. Saya mengecek apakah ada kebocoran dari kamar mandi atau AC ternyata tidak ada, lagipula AC ada di sisi yang lain. Tetapi saat melaporkan kondisi ini ke resepsionis mereka bilang kemungkinan AC-nya rusak. Baik, saya bisa menerima, memang mungkin saja AC-nya rusak meski saya melihatnya baik-baik saja. Saya hanya merasa ada yang tidak beres. Dan benar saja, setelahnya teman saya bermimpi seseorang memasuki kamar melalui jendela dan memaksa untuk masuk. Teman saya sampai teriak-teriak karena ketakutan. Akhirnya kami-pun pindah ke kamar lain bersama beberapa teman lain.
Di kamar lain ini lebih luas dan terang suasananya. Ada 4 bed besar sehingga kami bisa berbagi. Tetapi saya merasa tidak nyaman memasuki kamar mandi entah kenapa. Karena banyak teman, malam itu saya bisa tidur dengan nyaman. Baru kemudian terjadilah hal menakutkan itu. Seorang teman ke kamar mandi sekitar dini hari, teman-teman yang lainnya termasuk saya masih tidur. Tiba-tiba teman yang baru keluar dari kamar mandi membangunkan saya dan bertanya, “kamu barusan nggedor-nggedor pintu kamar mandi dan manggil aku?” Saya bingung karena semua yang ada di kamar sedang tidur. “Nggak tuh, aku lagi tidur, yang lain juga tidur.” Temen saya mulai panik. “Jadi siapa yang barusan manggil-manggil aku?” Teman saya langsung masuk ke selimutnya dan menutup mukanya dengan selimut, sayapun melakukan hal yang sama. Untung esok harinya kami kembali ke Jakarta, jadi tidak terulang lagi kejadian yang lain.
- WANITA BERBAJU PUTIH BERMUKA MENGERIKAN
Suatu hari di tahun 2010, saya masih bekerja kantoran dan sangat jenuh. Saya mengambil cuti dengan alasan ingin istirahat tetapi malah saya gunakan kesempatan ini untuk traveling ke Sulawesi Selatan. Ini kejadian paling mengerikan yang pernah saya alami. Apalagi itu pertama kalinya saya traveling. Masih belum pengalaman dan hanya berbekal nekat saja. Melalui internet saya memesan hotel yang bagus dan murah menurut saya. Saya ingin merasakan suasana tinggal di hotel yang bangunannya seperti rumah adat mereka. Tetapi begitu sampai lokasi hati saya langsung ciut seciut-ciutnya. Gimana enggak? Hotel itu besar sekali dan tamunya sangat jarang. Mungkin karena memang bukan waktunya liburan atau mungkin lokasinya jauh dari pusat kota jadi susah dijangkau kendaraan. Saya dan teman saya menghuni satu kamar di sebuah gedung yang tidak ada orang sama sekali. Begitu masuk kamar saya sudah ngeri sendiri karena bakal kesepian. Tetapi kejadian mengerikan itu bukan di kamar yang ini meskipun tanda-tandanya sudah berasa.
Esoknya saya pindah ke kamar lain yang lebih besar nyaris seperti pavilion. Berbentuk panggung saya harus naik tangga kayu untuk sampai pintunya. Begitu membuka pintu mulai terasa hal-hal yang tidak enak itu. Lampunya yang temaram dan perabotan yang tua. Males banget lihatnya. Sama sekali bukan hal romantik tetapi malah mengerikan. Begitu ke kamar mandi, saya ragu mau masuk karena kamar mandi itu luas sekali. Ada tiga ruangan besar mulai dari bathup, pancuran, toilet hingga kaca besar-besar untuk berhias. Saya ketakutan waktu mandi karena merasa ada yang memerhatikannya. Bagaimana kalau mendadak sesuatu muncul di bathup atau di kaca? Saya akhirnya membuka pintu kamar mandi dan meminta temen saya menemani di samping pintu. Oke, kegiatan mandi berlangsung aman. Saya menghela napas lega.
Tetapi malamnya sekitar jam 11 malam saat saya sedang menerima telepon tiba-tiba teman saya yang sudah tidur teriak-teriak keras. Ia berlari ke pembaringan saya sambil ketakutan dan menangis. Ada apa sih? Itu, itu! Katanya sambil menunjuk-nunjuk sesuatu di depannya. Ada apaan? Aku nggak ngelihat apapun. Saya mengambil minum untuk teman saya dan menenangkannya. Dia masih menangis. “Kamu tadi bangunin aku, tapi pas aku bangun aku lihat kamu pake baju putih panjang, rambut panjang dan wajahmu nakutin,” katanya terus menangis. Saya memang merasa ada yang mengawasi sejak datang di kamar ini, akhirnya semalaman kami tidak tidur. Semua lampu saya nyalakan dan suara murotal dari handphone membelah malam. Untung hanya semalam di kamar itu. Pagi hari belum waktunya check out saya sudah buru-buru keluar dari kamar dan meninggalkan hotel itu.
- WAJAH DI CERMIN MUSEUM
Saya menyukai museum, karena dari museum saya belajar banyak hal tentang masa lalu. Nah, siang itu sepulang mengantar teman di daerah Jawa Barat, saya mampir ke salah satu museum yang sangat terkenal di tempat itu. Tidak usah saya sebut nama museumnya ketimbang jadi takut ke sana. Sebuah museum dengan bangunan rumah kuno yang cantik dan halaman yang luas sangat asri. Ketika saya berkunjung tidak ada pengunjung lain karena sudah sore. Seorang penjaga mengantarkan saya masuk tetapi saya sudah merasakan ketidaknyamanan saat memasuki lorong menuju ruang utama. Penjaga menjelaskan barang peninggalan ini itu dan saya nyelonong masuk ke salah satu ruangan yang di dalamnya penuh barang masih asli dari masanya. Wah, menarik nih, saya kemudian mengeluarkan kamera digital saya.
Di ruangan itu ada satu cermin berbentuk lonjong berdiri, satu lemari lawas dengan pintu geser dan satu meja. Semua benda di kamar ini asli dari masanya. Saya mengambil beberapa foto benda di kamar itu dari berbagai sisi termasuk sisi dalam lemari. Namun saya tidak mengambil foto cermin dari arah depan saya. Saya memotret cermin itu dari samping sehingga saya tidak akan nampak di foto. Menjelang petang setelah menjelajahi halaman, saya pulang. Perjalanan pulang ke Jakarta lama dan macet, maka saya mengisi waktu dengan mengecek foto-foto di kamera. Betapa kagetnya saya saat melihat foto-foto itu banyak penampakan di sana. Ada sosok laki-laki bule mengenakan kacamata bulat sedang melongok dari dalam lemari, ada orang-orang yang duduk di meja dan yang paling mengerikan adalah saya muncul tepat di tengah kaca dengan wajah yang mengerikan. Tubuh dan pakaiannya saya, tetapi wajahnya meleleh. Saya benar-benar ketakutan melihat foto-foto itu. Saya sempat menunjukkan kepada kakak saya, tetapi karena terasa mengerikan saya mendelete semua foto-foto itu.
- KETUKAN DI DINDING HOTEL
Kisah yang ini dalam satu perjalanan liburan sama keluarga ke Bali. Kami memesan dua kamar, satu kamar saya dan yang lain kamar kakak saya. Kamar kami bersebelahan. Sampai di hotel saya tidak merasakan hal-hal yang aneh, apalagi bangunannya terlihat baru dan tidak menampakan suasana yang menakutkan. Saya langsung istirahat dan tertidur hingga jam 11 malam. Tiba-tiba kakak saya yang di kamar sebelah menelepon saya dengan marah-marah. “Nggak usah becanda, saya mau istirahat.” Lalu telepon ditutup. Becanda apa ya? Saya bingung, soalnya saya sedang tidur. Saya biarkan saja kakak saya, tiba-tiba dia mengetuk pintu. Saat saya membuka pintu kakak saya ngamuk karena katanya saya menganggu dia tidur. Menganggu apa sih? “Kamu ngetuk-ngetuk dinding berisik sekali.” Astaga aku tidur, masa ngetuk-ngetuk dinding. Coba cek kamar sebelah. Kamipun pergi ke kamar sebelah yang ternyata tidak ada tamu alias kosong.
Kakak saya mulai agak takut, tapi dia bukan tipe penakut. Dia balik lagi ke kamarnya dan tidur lagi. Tidak lama dia balik lagi ke kamar saya. Karena televisi mendadak nyala sangat keras sampai dia merasa terganggu, lalu televisi itu juga mati sendiri. Ia menyalakan murotal di handphone tetapi kemudian mati sendiri. Baiklah, kakak yang yang tidak penakut ini akhirnya menyerah dan tidur di kamar saya. Luar biasa memang penganggu iseng ini, saya menajamkan pendengaran ke kamar kakak, tetapi tidak mendengar suara apapun.
- WANITA BERAMBUT BOB DI DEPAN PIANO
Sewaktu di Moscow Rusia saya juga menginap di salah satu apartemen yang terletak di gedung tua. Setelah nyaris satu jam mencari alamatnya dengan menyeret koper ke sana kemari, akhirnya saya menemukan alamatnya, itupun dengan bantuan orang lokal. Mencari alamat di Rusia sangat sulit, karena meskipun nomor yang tertera sama, gedungnya bisa jadi beda.
Apartemen ini ada di lantai 4 tanpa lift dengan kondisi sedang direnovasi. Gedungnya jelas sudah sangat tua, itu terlihat dari bangunan lama yang masih tertinggal. Saya mengangkut koper saya naik ke lantai 4 dengan terseok-seok. Luar biasa, saya benar-benar kapok membawa koper ke Eropa. Beneran nih, mending ransel! Seorang wanita setengah tua mengantar kami ke apartemen dan dia tidak bisa berbahasa Inggris. Orangnya ramah dan baik, sayangnya kami susah berkomunikasi. Jadi semua hal hanya terjadi dalam bahasa isyarat.
Memiliki dua kamar yang besar, satu berdekatan dengan jendela ke jalanan besar di Moscow dan satu lagi ada pianonya. Saya memilih kamar yang ada jendela ke jalan besar. Di sisi lain ada dapur dengan ruang makan kecil dan kamar mandi yang auranya sungguh menakutkan. Kamar mandi itu bercat hijau dengan penerangan yang temaram, kalau lagi mandi dan lampu mati sudahlah, aku nggak tau lagi kondisinya kayak apa. Saya dan teman-teman agak takut memasuki kamar mandi. Tetapi ternyata kemunculan hal menakutkan itu bukan di kamar mandi melainkan di depan piano. Saat malam-malam saya ke kamar mandi, saya mendengar piano di kamar sebelah berbunyi lirih, saya pikir teman saya membunyikannya, ternyata seorang wanita berambut bob sedang duduk di depan piano. Entah siapa dia karena tidak ada teman saya yang berambut bob. Saya segera kabur ke kamar saya dan sembunyi dalam selimut. Suara piano itu lama kelamaan menghilang dan saya tertidur.