PANTAI & JALAN TANPA UJUNG YANG MISTIS
“Travel is more than the seeing of sights; it is a change that goes on, deep and permanent, in the ideas of living.” – Miriam Beard”
Bagi saya pantai ini biasa saja, tidak memiliki keistimewaan yang membuat saya langsung jatuh cinta. Memiliki pasir coklat dan bentuk pantai yang memanjang, tak banyak yang bisa dinikmati saat senja. Tapi benarkah begitu? Saya tetap yakin kalau setiap tempat itu memiliki detail keistimewaan tersendiri yang mungkin belum saya temukan saat pandangan pertama.
Maka saya akan berburu keistimewaan itu sampai menemukannya. Dari air terjun ratu yang menjulang, lalu kawasan air terjun yang membentuk semacam ceruk, dari kejauhan tempat ini nyaris seperti Tanah Lot, tapi memang begitu orang-orang menyebutnya karena mirip sekali, mencoba makanan khas tepi pantai dan nongkrong malam-malam bersama tukang ojek di sebuah warung makan. Tapi saya tetap belum menemukannya dan saya belum putus asa.
Esoknya, sebelum benar-benar give up, saya menyusuri jalanan desa pinggir pantai yang panjang tak berujung (atau mungkin ujungnya ada di desa lain, saya melakukan perjalanan dan kembali sebelum sampai ujung). Nah, di jalan desa tepi pantai inilah saya menemukannya. Selain anak-anak kecil yang berlarian bahagia meminta saya memotretnya, nenek-nenek tua yang sibuk bekerja di depan rumah, mbak-mbak yang berjalan menggendong bakul dan hewan-hewan ternak yang merumput. Saya menemukan sebuah jalan, sepi, lengang dan tidak terlihat ujungnya. Saat saya menapaki jalan ini, saya seolah menuju perjalanan hidup saya yang tidak saya ketahui. Dan inilah keistimewaan tempat ini bagi saya karena saya kemudian merasa sendu di tempat ini. Seperti pejalan yang menyadari bahwa suatu ketika saya akan menapaki jalan ini sendirian, menuju Cinta segala Cinta. Tinggal menunggu waktu itu datang! Saya yakin, saat waktu saya tiba, saya akan menyusuri jalan itu sendirian…. suatu saat nanti!