“Travel brings power and love back into your life.” – Rumi
Kota Takayama |
Jika anda memasuki kota Takayama setelah mengunjungi Tokyo yang glamour, sibuk dan sangat ramai, maka Takayama akan menjadi dunia yang sangat berbeda. Tapi di sanalah serunya kota ini!
Berangkat Sekolah |
PERJALANAN MENUJU TAKAYAMA
Setelah mengunjungi Osaka, Tokyo dan Kyoto, saya bersama dua orang teman dari Indonesia memutuskan mampir ke kota kecil Takayama sebelum kembali ke tanah air. Kami memesan tiket bus melalui internet dan bus akan melewati halte tepat jam 8 pagi esok harinya. Pemesanan bus di internet sudah termasuk paket hostel dan paket wisata ke Shirakawa go.
Bus yang membawa kami ke Takayama |
Jepang terkenal dengan kediplinannya, maka jangan sampai datang di halte lewat semenit saja dari jam 8 pagi. Pagi-pagi buta kami sudah packing dan naik turun subway agar sampai di halte sebelum jam delapan. Kami membayangkan akan banyak penumpang yang bersama kami menuju Takayama. Tetapi tepat jam 8 pagi, sebuah bus tingkat tanpa penumpang berhenti di halte. Apa benar ini bus yang kami pesan? Kenapa kosong? Sopir bus turun dan menyapa kami dalam bahasa Jepang. Teman saya menunjukkan tiketnya dan ternyata benar, bus tingkat ini bus yang akan membawa kami ke Takayama. Sopir bus mengatakan penumpangnya hanya empat dan kami dipersilakan memilih tempat duduk di mana saja. Kami memilih duduk di tingkat atas, sementara satu penumpang lagi di bawah.
Perjalanan Menuju Takayama |
Perjalanan dari Kyoto menuju Takayama memerlukan waktu empat jam. Sepanjang perjalanan, saya sengaja tidak tidur karena sayang melewatkan pemandangan yang kami lalui. Setelah melewati kota-kota kecil, jalan tol panjang yang menembus pegunungan, dan istirahat di rest area selama setengah jam, tepat jam 12 siang kemudian kami memasuki kota kecil Takayama.
Menurut wikipedia, Takayama adalah sebuah kota benteng yang berada di Prefektur Gifu. Pegunungan mengelilingi Takayama sehingga suasana asri dan sejuk akan menyelimuti kota ini. Itulah bayangan saya. Tetapi Takayama sangat berbeda dengan bayangan saya. Takayama sangat panas di bulan Mei. Bahkan Kyoto jauh lebih sejuk dibanding Takayama. Tidak hanya panas, Takayama juga sepi. Tidak banyak orang muda melintas di jalanan, kami hanya menemukan para manula beraktivitas. Saya mulai ragu, apa yang akan saya temukan di kota kecil ini?
Memasuki Kota Takayama |
Udara yang sangat panas membuat kami kelelahan dan memutuskan istirahat sebentar di hostel sebelum menjelajah Takayama. Seorang teman dari Belgium mengatakan Takayama akan habis dijelajahi dalam satu jam dan kota kecil ini sangat cantik. Tetapi kota ini hanya terlihat aktif mulai jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Benarkah? Kami mulai penasaran akan menemukan sesuatu yang cantik di sini. Maka, saat matahari tak lagi garang, bersama satu orang teman baru dari Malaysia, kami mulai menjelajah Takayama.
NUANSA SAMURAI dan KOTA NINE TO FIVE
Kota Takayama yang cantik dan tenang |
Meski matahari sudah tidak garang, tetapi udara masih panas saat kami mulai menyusuri kota kecil Takayama. Ada beberapa pilihan menjelajahi kota ini yaitu dengan naik sepeda atau bus dari stasiun. Tapi kami lebih suka jalan kaki agar bisa memotret apa saja yang kami lalui.
Nuansa Samurai Takayama |
Jepang selalu identik dengan era Samurai. Di kota tua Takayama ini, kami masih bisa merasakan nuansa Samurai itu. Selama periode Edo, Takayama dipertahankan sebagai kota budaya dan dagang. Kami bisa melihat budaya yang masih terus dipertahankan di kota ini, salah satunya saat kami mengunjungi jalan Sannomachi. Di sepanjang jalan ini tampak rumah dan bangunan kuno yang masih dipertahankan bentuknya sejak periode Edo. Hampir seluruh bangunan itu terbuat dari kayu dan pengunjung diperbolehkan masuk untuk melihat-lihat ke dalam bangunan tersebut. Selain dipertahankan sebagai rumah tinggal, bangunan kuno itu juga dipergunakan sebagai toko souvenir, restoran atau tempat penginapan khas Jepang yang disebut ryokan.
Kafe Cantik |
Saya menemukan kafé-kafé cantik yang bisa digunakan untuk bersantai menikmati kota tua Takayama, tetapi sayang kafé ini hanya buka sampai jam 5 sore. Dan benar kata teman dari Belgium itu, kota ini hanya aktif mulai jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Ketika kami kembali ke hostel jam tujuh malam, suasana sangat sepi. Tidak ada hiburan malam di kota ini. Menurut saya kota ini memang sangat cocok untuk manula karena ketenangannya. Saya jadi membayangkan kalau saya warga Jepang, saya akan menghabiskan masa tua di kota ini.
Morning Market |
Esoknya, di sudut kota Takayama kami menemukan pasar yang buka pada jam 6 pagi. Banyak wisatawan berkunjung ke pasar pagi ini. Pasar ini buka hingga pukul 12 siang dan menjual berbagai barang seperti makanan, sayur mayur, buah-buahan, souvenir hingga alat-alat rumah tangga. Yang paling mengesankan buat saya di sini saat disapa laki laki jangkung sambil tersenyum ramah,” Assalamu’alaikum.”
Penjual di morning market |
SHIRAKAWA GO
Shiroyama Point |
Setelah menjelajah kota tua Takayama, esoknya kami mengunjungi Shirakawa go, salah satu situs warisan dunia yang terletak di lembah sungai Shokawa. Daerah ini pada zaman dahulu terisolasi karena lokasinya berada di tengah pegunungan. Tetapi saat ini jalan toll dan highway sudah menghubungkan Shirakawa go dan desa-desa sekitarnya. Jalan menuju Shirakawa go memang melewati pegunungan, tetapi pegunungan itu telah ditembus sehingga tercipta tunnel-tunnel jalan toll menembus pegunungan. Perjalanan dari Takayama sampai Shirakawa go memerlukan waktu sekitar satu jam.
Ada satu spot terbaik untuk melihat Shirakawa go yaitu dari desa Shiroyama. Dari Shiroyama ini kita bisa melihat keseluruhan pemandangan Shirakawa go yang menawan. Dari kejauhan, pedesaan ini nyaris sama dengan pemandangan pedesaan di film-film klasik Jepang. Asri, sejuk dan cantik. Kami benar-benar tak sabar untuk segera tiba di sana.
Desa Ogimachi |
Desa Ogimachi adalah desa terbesar di Shirakawa go. Kami memerlukan waktu sekitar satu jam untuk mengelilingi desa yang cantik ini. Di kelilingi pegunungan yang lebat, rumah-rumah tradisional yang bercirikan atap miring tampak unik dan kokoh. Kontruksi ini juga sangat kuat untuk berlindung pada musim salju. Terdiri dari tiga sampai empat tingkat, rumah-rumah tradisional ini cukup untuk tempat satu keluarga besar. Desa ini benar-benar seperti surga dunia. Airnya yang bening, bunga-bunga yang indah, ikan-ikan yang berkeliaran di saluran air dan udara yang sejuk. Yang paling menarik bagi saya adalah kulkas alami yang ada di setiap depan rumah. Minuman-minuman di botol ditaruh di ember penuh air dingin. Saat kita mengambil botol minuman itu dinginnya sama seperti saat kita mengambilnya dari kulkas.
Kulkas alami |
Wisatawan bisa memasuki rumah-rumah tradisional ini dan minum teh atau sake yang sudah disiapkan oleh penjaga rumah yang ramah. Bahkan kami bisa naik ke bagian rumah paling atas untuk melihat benda-benda kuno yang ada di dalam rumah tersebut. Shirakawa go benar-benar pedesaan yang bertahan dari gempuran modernisasi yang ada di sekelilingnya.
Pemandangan dari dalam rumah tradisional |
OLEH-OLEH DARI TAKAYAMA
Kue-kue lucu Takayama |
Selain souvenir, kerajinan tangan dan makanan khas Takayama, yang paling terkenal dari Takayama adalah boneka Sarubobo. Boneka ini khas Takayama dan tidak ada di tempat lain di Jepang. Boneka ini memang agak aneh, tidak memiliki pancaindera di wajahnya dan kalau diperhatikan agak menakutkan. Menurut cerita setempat, boneka ini dibuat seorang nenek untuk cucunya agar mendapatkan kebahagiaan dalam menjalani hidupnya kelak.
Sarubobo I love you |
Menurut travel guide kami, boneka ini dahulu hanya dibuat dalam satu warna saja yaitu warna merah, namun sekarang terdiri dari berbagai warna yang dari masing-masing warna itu memiliki arti sendiri. Misalnya warna merah yang berarti keberuntungan dari pernikahan dan kelahiran. Warna biru yang berarti keberuntungan di tempat kerja, warna pink untuk percintaan, warna hijau untuk kesehatan, warna kuning untuk rezeki yang baik dan warna hitam untuk membuang kesialan. Boneka ini banyak tersedia di toko-toko seluruh Takayama dan menurut saya oleh-oleh paling khas yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.
Takayama, satu kota di Jepang yang membuat saya ingin kembali ke sana. 🙂
pengen menjelajah ke jepang lgi ….