“Kamu kira, kalau sudah memakai pakaian Eropa, bersama orang Eropa, bisa sedikit bicara Belanda lantas jadi Eropa? Tetap saja, monyet!” – Pramudya Ananta Toer dalam BUMI MANUSIA.
Pada masanya, sebagai bangsa yang dijajah ratusan tahun, bepergian ke Eropa itu mustahil. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melakukannya. Bukan hanya karena biayanya yang besar, tetapi juga mental sebagai bangsa terjajah yang hanya berani meletakkan sebagian cita-cita dalam khayalan. Tetapi masa itu telah lewat. Hari ini, bepergian ke Eropa menjadi lebih mudah. Tiket pesawat promo dengan harga sesuai kantong bisa dengan mudah kita pesan melalui mesin pencari Skyscanner Indonesia. Informasi perjalanan murah ke Eropa juga bisa kita temukan di berbagai group traveller. Para pejalan dengan senang hati akan berbagi pengalaman mereka menjelajahi Eropa sekaligus tips-tips mendapatkan harga transportasi dan penginapan yang murah. Dan… voilaaa! Para pemimpipun bisa mewujudkan cita-citanya. Saya termasuk salah satu pemimpi itu!
BERJUANG MEWUJUDKAN MIMPI
Sejak kecil saya suka membaca buku-buku dengan setting Eropa dan berharap kelak bisa bepergian ke Eropa. Tetapi saya dilahirkan di keluarga yang biasa-biasa saja, jangankan pergi ke Eropa, pergi ke kota sebelah saja membutuhkan waktu setahun untuk menabung. Bukan hanya itu, saya juga sakit-sakitan. Tetapi setelah saya bekerja dan tinggal di Jakarta, saya memberanikan diri untuk bermimpi. Bukanlah Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita? Tentu saja, kita juga harus berjuang untuk mewujudkannya.
Saya di depan Gedung PBB Geneva, Swiss |
Saya mengurus semua persiapan ke Eropa sendirian tanpa agen perjalanan. Mulai dari menabung jauh-jauh bulan, mengejar tiket promo, mengurus dua visa Eropa (UK dan Scengen), memesan bus dan kereta sambungan antar negara tiga bulan sebelumnya agar mendapat promo, mencari penginapan murah dan mempelajari jalan menuju lokasi yang akan saya tuju. Tidak semuanya mulus, pada pertengahan tahun pekerjaan saya bermasalah dan uang yang saya cadangkan untuk biaya ke Eropa tidak dibayarkan.
Perjalanan mengajarkan banyak hal |
Pada saat itu saya sudah pasrah. Mungkin Tuhan belum mengizinkan saya pergi sejauh itu. Saya mulai mempersiapkan mental jika tidak berhasil berangkat dan melepaskan semua biaya yang sudah saya bayarkan sebagian di depan. Saya juga menjadi lebih dekat dengan Tuhan untuk memohon, meminta sekaligus memberi kekuatan jika perjalanan ini gagal. Saya sadar sesadar-sadarnya perjalanan juga serupa takdir, hanya akan terjadi jika Tuhan berkehendak. Pada puncak keikhlasan saya, ternyata pertolongan itu datang. Ada satu kerjaan yang mencairkan uangnya sehingga saya bisa berangkat ke Eropa. And then…. my dream comes true!
EROPA, MY DREAM COMES TRUE!
Tuhan benar-benar memeluk mimpi saya. Pada bulan Mei 2017, saya berhasil keliling Eropa dalam satu bulan, mengunjungi 7 negara 8 kota besar mulai dari London, Edinburg, Paris, Geneva, Vienna, Budapest, Praha dan Amsterdam.
Saya di Museum Louvre |
Memulai perjalanan panjang dengan menjelajah Inggris saya menemukan banyak hal menarik di negara ini. London sangat multikultural, menghargai perbedaan dan terbuka pada ras yang berbeda-beda. Mereka hidup berdampingan dengan baik dan tidak mudah terkejut dengan sesuatu yang berbeda dengan diri mereka. Saya juga menemukan banyak muslimah berjilbab di jalan dan melakukan kegiatan mereka dengan aman. Saya mengunjungi hampir semua lokasi wisata terkenal seperti Big Ben, London Eye, Buckingham Palace, Trafalgar Square, London Brigde, Sherlock Holmes Museum, Camden Market, Oxford city dan Harry Potter Tour. Tak hanya itu saya juga menyempatkan diri pergi ke Edinburg Skotlandia meski hanya sehari.
London Big Ben |
Paris merupakan kota yang luar biasa kaya dengan benda-benda seni bernilai tinggi sekaligus rawan dunia kriminalitas. Orang-orangnya tak seramah di Inggris tetapi kotanya luar biasa cantik dan klasik. Saya mengunjungi lokasi wisata mainstream seperti Menara Eiffel, Montmartre, Sungai Seine, Arch de Triomphe, Museum Louvre dan lain sebagainya. Melanjutkan perjalanan ke Geneva saya hanya memiliki satu tujuan yaitu mengunjungi gedung PBB. Geneva sangat mahal sehingga saya hanya berani mengunjunginya dalam sehari sebelum kemudian melanjutkan perjalanan ke Vienna, Budapest, Praha dan Amsterdam. Saya jatuh cinta pada Budapest yang menurut saya salah satu kota tercantik di Eropa sekaligus murah untuk ukuran Eropa.
Budapest yang cantik |
Selama keliling Eropa, saya memilih menginap di rumah warga lokal sehingga saya tahu bagaimana mereka menjalani hari-harinya. Dari sanalah inspirasi tentang kehidupan Eropa kemudian saya lihat dan saya pelajari. Saya melihat bagaimana mereka mengorganisir hal-hal kecil sehari-hari dengan detail, saya melihat bagaimana mereka berjuang keras untuk membiayai hidup mereka di kota yang mahal. Tak hanya tempat wisata yang apik, Eropa juga menyuguhkan manusia-manusia yang menarik.
INSPIRASI DARI MEREKA
Eropa mengajarkan saya banyak hal positip. Hal-hal kecil yang dilakukan warganya membuat saya terinspirasi dan mengadopsi sikap-sikap itu ketika kembali ke Indonesia. Misalkan saja ; saya terinspirasi ketika para pengunjung kafe dan restoran membereskan bekas makan minumnya sendiri dan menaruhnya ke tempat sampah. Saya terinspirasi bagaimana mereka disiplin di jalan dan membuang sampah pada tempatnya. Saya terinspirasi bagaimana mereka menjaga peninggalan bersejarah yang berumur ratusan tahun dan dikagumi wisatawan dari segala penjuru dunia. Saya terinspirasi bagaimana mereka menghargai privacy orang lain dan tidak sibuk kepo atau nyinyir pada hal yang bukan urusan mereka. Saya terinspirasi bagaimana mereka mandiri, mengerjakan banyak hal sendiri, selalu bersemangat dan tidak bergantung pada orang lain. Saya terinspirasi bagaimana sebagian dari mereka memperlakukan saya yang berjilbab dengan baik, berbeda dengan berita-berita tentang kebencian di media.
Rumah warga lokal di Praha |
Dan saya….sebagai bangsa yang pernah terjajah lama oleh Eropa sadar, mereka manusia yang sama dengan kita. Memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak perlu merasa inferior karena perbedaan warna kulit karena pada dasarnya kita semua sama-sama MANUSIA.
Crepes terkenal di Paris |
Setelah berhasil mewujudkan satu mimpi besar saya ini, saya merasa menjadi orang yang berbeda. Saya tahu bagaimana caranya bermimpi, berjuang mewujudkannya kemudian mengikhlaskan apapun yang diputuskan oleh Tuhan tentang sebuah hasil. Saya mulai bisa menikmati proses memperjuangkan sesuatu pada mimpi-mimpi saya yang lain. Setiap kali saya teringat kebiasaan disiplin dan mandiri orang-orang Eropa, saya juga menjadi terpacu dan malu saat sedang tidak bersemangat. Setiap melihat orang-orang usil di tempat wisata, saya tergerak untuk mengingatkan agar mereka menjaga peninggalan besar yang dimiliki bangsa ini. Tidak hanya melihat tempat-tempat baru yang menakjubkan, perjalanan juga mengajarkan saya tentang kehidupan yang mendalam.
Mbak Taryyyyy.. good luck 😍
makasihhhh
Terima kasih ya sudah ikutan Blog Competition "Aha Moments" Skyscanner Indonesia. Good luck 🙂
Jejak. Terima kasih sudah berpartisipasi. 🙂