Ngobrol tentang Kopi Gayo dan dataran tinggi Gayo dengan Bang Win (begitu saya memanggil beliau) selalu mendatangkan banyak inspirasi di kepala saya untuk menuliskan banyak hal. Tak hanya soal kopi Gayo, tetapi Bang Win juga menyediakan tempat singgah untuk para traveler di rumahnya. Saya sebagai traveler amatir semakin tertarik untuk mengajaknya berbagi cerita di SHARING kali ini. Ada banyak hal bisa didapatkan dari cerita-cerita Bang Win, semoga pembaca juga mendapatkan inspirasi dari obrolan kami.
Salam Bang, apa kabar keluarga dan Tanah Gayo? Apakah sekarang masih musim panen kopi? Apa saja kesibukan abang saat ini?
Alhamdulillah, segala puji hanya untuk dan bagi Allah. Keluarga sehat dengan Rahmat Allah. Semoga syukur tak henti dalam senang dan sedih. Sekarang sedang panen kopi. Bermula di bulan September lalu hingga tirus di bulan April tahun depan. Kesibukan saya seperti biasa rutinitas dengan pekerjaan yang saya banggakan lalu antar jemput dua anak perempuan saya. Dua anak saya lainnya sekolah di luar daerah. Selain itu, pagi ke kafe hingga tengah hari, melayani penikmat kopi gayo sambil bercerita ngalor ngidul isu terkini di daerah bersama pelanggan. Juga menyiapkan kopi untuk kafe, pelanggan di luar daerah dan luar negeri.
Bang Win selain wartawan dan fotografer juga petani kopi dari hulu sampai hilir (menanam kopi sendiri, mengolah sendiri dan memiliki kafe sendiri yaitu WRB kafe). Ceritakan dong Bang suka dukanya menjadi petani kopi dari hulu ke hilir.
Sukanya menjadi petani adalah kita bisa mengawal kopi. Dari tanam hingga panen. Petani adalah pekerja keras dan Insya Allah hadiahnya adalah sehat. Kita bisa mengolah semua variant kopi Gayo yang diminati pelanggan. Seperti kopi madu/ honey, natural, semi washed, full washed, Luwak dan lain sebagainya. Dukanya tentu saja repot, saya mengerjakan sendiri kopinya, sementara kalau ada permintaan lebih, saya mengambil dari kawan kawan saya yang saya tahu betul prosesnya.
Tanoh Gayo merupakan salah satu penghasil kopi terbaik di dunia, apakah kopi Gayo menjadi motivasi Bang Win menyediakan tempat singgah bagi traveler manca negara?
Kopi Gayo sudah dikenal dunia sejak era Belanda. Belanda sudah menanam Arabica sejak 1908. Kemudian mengekspor-nya lewat VOC bersama kentang dan teh.
Jadi, kopi Gayo sudah banyak dikenal khususnya di Eropa. Kebetulan saya ikut Sosial Media Couch Surfing (CS) yang menyediakan tempat bagi traveler untuk tinggal, menginap dan mengenal budaya setempat . Para traveler yang singgah di rumah saya menyatakan sangat menyukai kopi Gayo. Tak hanya kopinya tetapu juga alam Gayo yang cantik dan masyarakatnya yang ramah dan bersahabat.
Tempat singgah bagi traveler yang datang ke rumah saya hanyalah tempat biasa kami makan bersama keluarga yang disebut dapur. Ukurannya sekitar 2 x 3 meter dan ada di kampung. Tetapi dari tempat ini saya mendapatkan banyak kisah menarik dari para traveler dunia. Ada tamu dari Afrika Selatan yang bangga bisa mencicipi kopi termahal dunia, yakni kopi Luwak. Sangking senangnya, tamu Afrika Ini telpon kerabatnya di Afrika dan mengatakan sedang minum kopi luwak di Gayo. Lain lagi cerita Stass dari Rusia. Saking sukanya dengan kopi Gayo,Stass mengirim kopi Gayo untuk keluarganya di Rusia. Biaya kirimnya hampir satu juta. “Saya ingin keluarga saya juga merasakan kopi luar biasa ini,” kata Stass.
Bagaimana sih awalnya Bang Win tertarik bergabung dengan couchsurfing dan menyediakan tempat bagi traveler?
Awalnya Saya berkenalan dengan dua wisatawan di Takengon. Mereka dari Inggris dan Sumatra Utara, keduanya tergabung di CS. Dari sana saya berpikir, CS ini sosmed ysng menarik dan bisa mendatangkan orang dari seluruh dunia. Kalau saya jadi host di Gayo, orang bisa datang dari seluruh dunia dan menjadi semacam magnet penarik wisatawan. Dari situlah saya kemudian bergabung di CS. Dan ternyata dugaan saya benar, sejak bergabung di CS, puluhan wisman datang ke Gayo dari seluruh dunia.
Traveler dari negara mana saja yang singgah di rumah Bang Win? Bagaimana komentar mereka tentang Tanoh Gayo?
Wisatawan yang datang ke rumah saya dari Ukraina, Rusia, Spanyol, Ecuador, Australia, Afrika Selatan, Inggris. Amerika, Thailland, Polandia, Francis. Switzerland. Afrika Selatan, Belanda, Italia, Jakarta, Jambi dan lain sebagainya. Umumnya para wisman ini sudah tahu kopi Gayo sebagai salah satu kopi terbaik dunia meskipun ada juga yang baru mengenalnya. Bahkan ada bule yang baru tahu pohon kopi, mereka kira kopi itu menjalar. Ada juga yang setelah merasakan kopi Gayo kemudian tertarik untuk berbisnis kopi Gayo di negara mereka.
Tamu asing ini mengakui bahwa Tanoh Gayo sangat indah pemandangannya. Memiliki sejarah panjang sendiri. Termasuk prasejarah Gayo di Mendale dan Ujung Karang. Mereka mengakui keramahan dan kearifan lokal gayo masih sangat murni dan jujur. Berbeda dengan beberapa kawasan wisata lain di Asia, seperti Thailand dan Philipina.
Apa sih suka dukanya menerima tamu dari manca negara? Ada nggak kendala dengan lingkungan saat menerima orang asing di rumah Bang Win dan menemani mereka keliling Tanoh Gayo?
Banyak sukanya sih karena berbagi kisah hidup di negara masing masing tentang budaya, mata pencaharian, agama dan banyak lagi. Kendalanya paling soal bahasa. Bahasa Inggris saya tak begitu fasih tapi saya sih nekat saja. Tidak semua wisman ini juga lancar berbahasa Inggris. Kalau kendala lingkungan tempat tinggal saya, tidak ada. Sebelum menerima tamu asing ini, waktu chatting saya menekankan bahwa di Gayo berlaku Syariat Islam.
Tamu lelaki harus pisah ruangan tidur dengan perempuan. Kecuali ada surat nikah. Tapi umumnya mereka sudah tahu tentang Islam.
Apakah Bang Win lebih banyak menerima tamu dari manca negara ketimbang wisatawan dari Indonesia?
Saya tidak saja menerima tamu dari luar negeri saja. Ada juga yang wisatawan dari negara kita sendiri. Dari berbagai kota Indonesia.karena di CS, anggotanya banyak di Indonesia.
Apa sih sebenarnya yang Bang Win dapat dari pertemuan dengan traveler-traveler manca negara ini?
Ini yang paling menarik menurut saya. Setelah makan malam bersama kami biasanya bercerita tentang banyak hal, mulai dari bagaimana mereka hidup di negara mereka, biaya hidup, sumber penghasilan, pernikahan, agama dan kenapa mereka berwisata keliling dunia juga apa yang mereka dapat dari berkelana keliling dunia. Hidup di Barat umumnya berbiaya tinggi, mereka setiap hari bekerja keras dari pagi hingga petang. Hidup jadi membosankan karena seperti robot dengan rutinitas. Untuk liburan keliling dunia, mereka bisa menabung bertahun tahun, barulah di musim dingin di negaranya, mereka liburan. 2 hingga 3 bulan bahkan setahun. Saat berlibur ini mereka merasakan kebebasan, kemerdekaan dan interaksi dengan penduduk dunia lainnya. Mereka sangat terkesanbelajar makan menggunakan tangan, sulit awalnya tetapi kemudian bisa melakukannya. Juga bagaimana mengajarkan wisman ini duduk bersila untuk lelaki dan tempoh untuk wanita.
Kami juga berdiskusi tentang Islam dan agama mereka. Sebagai Muslim, kami ingin menunjukkan bahwa Islam itu Rahmat bagi siapa saja. Wajah Islam sesungguhnya yang kami miliki adalah ahlak. Adab dan keramahan serta toleransi dalam praktek. Kami tidak membedakan kewarganegaraan, agama dan budaya asing. Wisatawan asing ini ternyata tahu bahwa Islam itu agama damai. Sehingga mereka tidak pernah takut saat menjadi tamu di rumah warga Muslim di Aceh lagi dan Teroris itu bukan ajaran Islam.
Bagi kami, Islam itu adalah akhlak. Representasi nyata adalah Rasulullah sebsgai contohnya.
Menurut Bang Win, apakah ke depan Gayo bisa menjadi pusat kopi dunia yang akan menjadi magnet wisatawan untuk datang ke sana lebih banyak lagi? Misalnya dengan mulai dari adanya sekolah kopi hingga mungkin museum kopi nantinya?
Sebenarnya Gayo sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan manca negara. Banyak wisatawan asing, seperti Korea Selatan , Taiwan dan negara lainnya datang untuk berwisata kopi. Salah satu mereka menyebut tanag sucinya kopi adalah Gayo.
Bagi pengusaha kopi dunia, atau para penikmat kopi, pasti tahu kopi Gayo. Perdagangan kopi Gayo sudah dimulai sejak pra kemerdekaan, era kolonial dan penjajahan Belanda. Kawasan Gayo, Takengon, Bener Meriah dan Gayo Lues adalah kawasan spesial arabica Gayo yaitu Gayo mountain coffee. Bisa dibayangkan, lahan di tiga kabupaten ini diisi pohon kopi, kecuali untuk jalan,rumah, sungai dan kawasan hutan. Ratusan ribu penduduknya menggantungkan hidupnya dari pohon kopi. Nilai perdagangannya satu kabupaten hingga Rp. 4-5 Trilyun setahun. Gayo adalah kawasan terbesar di Asia dengan lahan kopi arabicanya, sekolah sekolah kopi juga tumbuh pesat, khususnya cupping atau uji citarasa kopi yang diberi angka atau skor. Di Universitas Gajah Putih Takengon program studi kopi Gayo juga sudah dibuka tahun ini dan mulai menerima mahasiswa. Museum kopi mungkin masih akan menjadi mimpi dan wacana semata jika melihat lambatnya pihak yang memiliki kebijakan soal ini.
Bang Win sebenarnya suka traveling juga nggak? Kalau iya, ada nggak rencana berkunjung balik ke negeri para traveler yang datang ke rumah Bang Win suatu hari nanti?
Iya, saya sangat suka traveling. Traveling memperkaya khasanah berpikir dan bertindak. Kita jadi kaya rasa. Hal ini berdampak pada ekspektasi kita tentang semua hal. Bagaimana bermanfaat bagi orang lain. Saya sangat ingin ke luar negeri. Mengunjungi teman teman yg pernah datang ke sini.Dan mereka berkata, datanglah ke tempat mereka kapan saja. Any time.Tapi, masih mimpi. Saya hanyalah petani biasa. Pendapatan saya belum mampu membiayai perjalanan ke luar negeri bersama anak dan istri.
Terakhir, kasih masukan dong Bang buat para traveler saat menjejakkan kaki di tanah baru agar mereka bisa lebih berguna buat warga lokal. Terima kasih Bang Win. Salam buat keluarga.
Ketika berkunjung ke tempat baru, orang baru, situasi baru. Satu hal yg berlaku seperti mata uang. Yakni, adab dan kejujuran. Adab akan dikenang orang sebagai budi baik. Selain itu jika Kita tinggal d irumah host,keterampilan memasak, mendongeng, sulap dan keterampilan lainnya sangat membantu membuat kehadiran kita akan dikenang. Juga souvenir kecil murah dari daerah kita akan menjadi penjalin silaturrahmi.
(Semua foto diambil dari facebook Win Ruhdi Bathin)