“Wherever you go, go with all your heart…”
Kalau Anda pernah menonton film The Grand Budapest Hotel, Anda tentu mengenal Budapest yang merupakan ibukota Hungaria ini. Terletak di Eropa Tengah, negara ini berbatasan dengan Austria di sebelah barat, Ukraina dan Rumania di timur, serta Serbia dan Croatia di sebelah selatan. Kota cantik yang merupakan pintu masuk menuju Eropa Timur ini, memiliki sejumlah situs warisan dunia Unesco yang menjadi daya tarik wisatawan dari seluruh penjuru dunia.
Sungai Danube membagi Budapest menjadi dua bagian yaitu kota Buda dan kota Pest. Kota Pest terletak di dataran sebelah timur, merupakan pusat kota yang memiliki banyak pusat perbelanjaan dan kafe-kafe sementara kota Buda terletak di sebelah barat dengan kontur berbukit-bukit. Keduanya dihubungkan oleh 9 jembatan, salah satunya jembatan Chain yang terkenal dan menjadi tujuan wisata.
Sungai Danube |
Meskipun sudah berkembang menjadi kota metropolis, Budapest masih mempertahankan peninggalan-peninggalan bersejarah yang mereka miliki dan merawatnya dengan baik. Bangunan-bangunan kuno, museum, dan memorial membuat Budapest sangat menarik menjadi tujuan wisata. Lokasi-lokasi wisata di Budapest sebagian besar bisa kita jangkau dengan berjalan kaki. Tetapi jika ingin lebih cepat kita bisa menggunakan tram atau bus dengan membeli paket tiket sesuai lama kita tinggal di Budapest melalui mesin-mesin tiket yang ada di halte. Tiket ini bisa kita gunakan untuk naik berbagai moda transportasi di Budapest kecuali taksi. Saya membeli paket dua hari dan mulai menjelajah Budapest pada senja hari.
GEDUNG PARLEMEN BUDAPEST
Gedung Parlemen |
Gedung yang dibangun selama 100 tahun dari tahun 1880 sampai 1902 ini terletak di tepi sungai Danube dengan bagian depan menghadap tepat ke sungai Danube di kota Pest. Gedung parlemen Budapest merupakan gedung tertua dan tertinggi di kota Budapest sekaligus gedung terbesar kedua di Eropa setelah House of Parliament di London. Di gedung ini juga tersimpan mahkota suci milik raja-raja Hungaria.
Sunset di Gedung Parlemen |
Saya mengunjungi areal gedung ini pada waktu senja, saat lampu gedung mulai menyala dan langit di sisi barat kemerahan hendak tenggelam. Kecantikan gedung ini berpendar ditimpa cahaya lampu sekaligus misterius karena sebagian sisi yang lain gelap ditinggalkan cahaya matahari. Bahkan siluet pengendara kuda yang menjulang tinggi di depan gedung parlemen seolah hidup dan berdiri tegak menjaga parlemen dari bahaya yang datang. Jika ingin menikmati eksotisme gedung ini dari sisi luar, maka saya sarankan anda mengunjunginya pada waktu senja. Percayalah, anda tidak akan kecewa.
MEMORIAL SEPATU BESI
Memorial Sepatu Besi |
Setelah puas mengabadikan gedung parlemen Budapest yang semakin cemerlang saat malam, saya melanjutkan perjalanan ke sisi sungai Danube. Banyak orang-orang berjalan di sisi sungai Danube menikmati malam. Beberapa kapal wisata juga masih melintasi sungai Danube mengantar para turis yang sibuk mengabadikan gemerlap malam Budapest.
Ada banyak hal menarik yang bisa kita nikmati di tepi sungai Danube. Salah satunya adalah memorial sepatu besi. Sebenarnya waktu yang tepat untuk berkunjung ke memorial ini siang atau senja hari sebelum matahari tenggelam. Tetapi saya terlanjur menghabiskan senja di gedung parlemen sehingga kemalaman menyeberang ke sini. Saya menyeberang jalan kemudian berjalan ke arah kiri dari gedung parlemen. Tampak patung sepatu yang terbuat dari besi berjajar di tepi sungai Danube. Ketika saya melihat lebih dekat, ada setangkai bunga mawar merah segar terselip di salah satu sepatu. Sepertinya peziarah menaruh bunga mawar merah itu sebagai penghormatan kepada korban yang meninggal di tepi sungai ini.
Sepatu Besi di tepi Sungai Danube |
Sepatu besi tanpa pemilik di tepi sungai Danube ini merupakan peringatan atas peristiwa menyedihkan yang terjadi pada perang dunia ke 2. Pada waktu itu orang-orang Yahudi dikumpulkan di tepi sungai Danube lalu disuruh melepas sepatunya. Satu persatu mereka ditembak lalu dihanyutkan ke sungai Danube. Saya melihat beberapa turis tampak berdoa di depan memorial ini. Di antara keindahan kota Budapest dan gemerlap lampu yang menimpa sungai Danube, kesedihan itu menguar dari memorial sepatu besi ini.
CENTRAL MARKET HALL
Pasar indoor terbesar di Budapest |
Esoknya, sebelum matahari tinggi saya menyusuri jalanan kota Pest menuju Central Market Hall. Pasar indoor terbesar di Budapest yang menjadi salah satu tujuan wisata populer para turis. Terletak di dekat jembatan Liberty dan Fovam square, lokasi Central Market Hall tepat di ujung areal perbelanjaan Vaciutca. Pasar ini sudah berdiri sejak tahun 1897, namun sempat rusak dan ditutup selama perang dunia. Baru tahun 1990 restorasi selesai dilakukan kemudian dibuka kembali.
Ketika saya memasuki gerbang besar Central Market Hall, saya disergap pemandangan sebuah pasar yang luas, bersih dan etnik. Memiliki bangunan seluas 10.000 meter persegi, pasar ini terdiri dari tiga lantai. Lantai dasar menjual sayuran, buah-buahan, sosis, daging dan berbagai bumbu dapur. Sebagian besar kios menjual paprika, baik yang sudah diolah maupun yang masih segar.
Wine di Central Market Hall |
Saya naik ke lantai dua dan menemukan banyak penjual souvenir , baju serta taplak meja khas Hungaria. Ketika berjalan memutar, saya menemukan penjual makanan khas Hungaria yang ramai dikerumuni para wisatawan. Pasar ini buka mulai jam 7 pagi, dilengkapi dengan ATM, toilet dan wifi. Tempatnya yang luas, bersih dan penataannya yang menarik membuat pengunjung betah berlama-lama di pasar ini.
KOMPLEKS ISTANA BUDA
Kompleks istana Buda |
Esok harinya saya melanjutkan perjalanan menjelajah bukit Buda. Untuk sampai di bukit Buda yang terletak di seberang sungai Danube, saya naik bus dua kali dari hotel dan diturunkan di kompleks istana Buda. Matahari bulan Mei bersinar terik dan suasana sangat ramai. Banyak turis berombongan maupun sendiri mengunjungi kompleks istana itu.
Di kompleks istana Buda ini terdapat beberapa objek wisata terkenal, yaitu Trinity Square, Fishermen’s Bastion, Royal Palace, Mathias Church dan The Labyrinth. Saya mulai menjelajah dengan memasuki areal Fishermen’s Bastion. Ada pintu berbayar untuk naik ke menara Fishermen’s Bastion, tetapi saya naik lewat sisi lain yang gratis yaitu di pelataran restoran puncak menara. Memang sedikit berdesakan karena banyak pengunjung memilih yang gratis. Dari tempat itu saya bisa melihat keindahan kota Budapest dari ketinggian. Tampak gedung parlemen Budapest yang menjulang di kejauhan, jembatan yang menghubungkan kota Buda dan Pest serta pemandangan menakjubkan kota di bawah naungan langit biru.
Menara Fishermens Bastion |
Puas melihat panorama Budapest dari ketinggian, saya memutari sisi luar Mathias Church. Menurut catatan sejarah, pada masa penaklukan Turki, gereja ini pernah berubah fungsi menjadi masjid. Mathias Church berusia lebih dari 700 tahun dan menjadi tempat penobatan raja. Bahkan pernikahan raja juga pernah berlangsung di gereja ini. Gereja ini sangat cantik dikelilingi menara Fishermen’s Bastion. Matahari menyengat di atas kepala, ketika saya beralih ke sisi lain yaitu halaman Royal Palace.
Saya tidak memasuki bagian dalam Royal Palace karena waktu yang tidak memungkinkan dan hanya menikmatinya dari luar. Bangunan kuno ini sudah berubah fungsi menjadi Budapest History Museum, Hungarian National Gallery dan Hungarian National Library dan menempati lokasi yang berbeda. Menyusuri tempat ini, saya seperti berada di masa lampau saat istana Buda masih berdiri megah.
Funicular |
Untuk turun ke bagian bawah bukit saya bisa naik funicular, tetapi saya lebih suka berjalan kaki menyusuri hutan kecil melalui undak-undakan yang rapi dan bersih. Sepanjang menuruni undakan, kami bisa mengambil foto pemandangan kota Pest yang indah. Saya sempat duduk lama di hutan kecil itu menikmati kesejukan yang ditularkan pohon-pohon rindang di dalam hutan. Matahari masih menyengat ketika kami sampai bawah bukit dan berdiri di tepi jalan memandangi bukit Buda yang telah kami susuri.
JEMBATAN CHAIN dan St. STEPHEN BASILICA
Jembatan Chain |
Puas memandangi bukit Buda dari bawah saya ingin menyusuri jembatan untuk sampai kota Pest meskipun sebenarnya bisa naik bus. Tetapi menyusuri jembatan tua ini rasanya lebih menyenangkan daripada naik bus. Jembatan Chain menjadi satu tempat wisata yang ramai dikunjungi turis karena merupakan jembatan batu pertama yang menghubungkan kota Pest dan bukit Buda. Menurut catatan, jembatan yang masih berdiri kokoh ini diresmikan pada tahun 1849. Sudah sangat tua ya!
Di gerbang depan masuk jembatan, tampak patung singa yang duduk dengan garang menatap kota. Beberapa turis mengabadikan fotonya bersama patung singa itu. Dari tengah jembatan, tampak pemandangan kota Pest di kejauhan tertimpa terik matahari. Saya terus berjalan menyusuri jembatan hingga tiba diujungnya. Setelah menyeberang jalan sampailah kami di kota Pest dan disergap pemandangan kafe-kafe dan restoran. Saya berbelok ke kiri memasuki keramaian turis yang hilir-mudik memasuki restoran dan kafe lalu berjalan lurus ke arah St. Stephen Basilica.
Jembatan Chain dari ketinggian |
St. Stephen Basilica merupakan gereja terbesar di Budapest. Menurut catatan sejarah dibutuhkan waktu 50 tahun untuk membangun gereja ini. Di dalam gereja ini terdapat mumi raja pertama Hungaria, St. Stephen I yang menyebarkan agama Kristen di negara tersebut. Saya sebenarnya ingin memasuki gereja tetapi antrian sangat panjang dan saya sudah kelelahan sehingga saya hanya bisa menikmati bangunan gereja indah ini dari luar. Halaman gereja ini sangat ramai warga lokal maupun turis, apalagi sekelilingnya sebagain besar kafe dan restoran. Saya membeli es krim dan menikmatinya sambil duduk di sisi kiri gereja memandangi lalu lalang orang lewat.
Budapest yang eksotis menawan mata dan hati saya. Jika anda penggemar sejarah dan bangunan-bangunan tua yang indah, negeri ini layak anda kunjungi saat liburan. Saya yakin, anda tidak akan kecewa. ***
Mbak, ditunggu ya buku yg trip to Europe 😁