1092 views 14 mins 2 comments

Cambodia, Siem Reap : Berburu Matahari Di Angkor Archaelogical Park

“Sebagian orang lebih mudah jatuh cinta pada masa lalu daripada masa kini “
 

Mengunjungi Siem Reap, Kamboja, kita diajak kembali ke masa lalu yang eksotis. Kota yang tenang, kendaraan yang hanya didominasi tuk-tuk (becak motor), penduduk lokal yang ramah dan murah senyum serta kondisi jalanan yang jauh dari kemacetan. Kamboja membawa para pelancong untuk sejenak melupakan kepelikan dunia modern dan mengagumi keindahan masa lalu melalui arsitektur candi-candi Hindu-Budha yang indah dan megah.  Tertarik kembali ke masa lalu? 

ANGKOR NATIONAL MUSEUM

Saya memasuki Siem Reap setelah menempuh perjalanan 6 jam menggunakan bus pagi dari Phnom Penh. Dengan membayar biaya 9$ atau sekitar Rp. 121.000 (kurs rupiah Agustus 2015) saya mendapatkan bus biasa yang banyak ditumpangi orang lokal. Bus berhenti empat kali di rest area untuk makan dan ke toilet. Meskipun fasilitas yang disediakan bus hanya AC, tetapi cukup nyaman untuk melakukan perjalanan 6 jam. Tepat jam 3 sore saya tiba di Siem Reap. Jemputan tuk-tuk gratis dari hotel sudah menunggu saat saya turun dari bus.  Debu jalanan Siem Reap menyerbu saya saat tuk-tuk melaju menuju hotel. Tetapi jangan khawatir dengan debu, sopir tuk-tuk yang baik segera mencarikan masker untuk melindungi wajah dari debu jalanan. 

Menyebut kota Siem Reap kita akan selalu dihubungkan dengan kompleks Angkor Wat.  Angkor sendiri berarti kota suci atau ibu kota. Sementara Khmer adalah komunitas etnik terbanyak pada masa Kamboja kuno maupun modern.  Angkor merupakan ibukota kerajaan Khmer di Kamboja pada era abad 9 hingga 12 Masehi.  Saya menyempatkan diri mengunjungi Angkor National Museum dengan tiket masuk USD 12 sebelum mengunjungi kompleks Angkor Wat esok paginya. 

 Angkor National Museum merupakan salah satu museum yang menceritakan sejarah Khmer secara informatif.  Dengan mengunjungi Angkor National Museum diharapkan kita bisa memahami keseluruhan situs yang ada di kawasan kompleks Angkor Wat secara menyeluruh.  Ruangan pertama yang saya masuki adalah Briefing Hall, suatu ruang teater dimana pengunjung disuguhi penjelasan tentang museum. Setelah menonton film singkat di Briefing Hall, saya mengunjungi galeri selanjutnya.

Angkor National Museum memiliki 7 galeri dan 1 galeri ekslusif. Galeri pertama yaitu Galeri of 1000 Budha Images yang berisi koleksi patung Budha dari berbagai zaman. Sebagian besar memperlihatkan Buddha bermeditasi dengan dinaungi naga. Galeri kedua yaitu galeri A: Khmer Civilization. Galeri dengan tagline ‘the Origin of Khmer Empire’ ini menceritakan masa kerajaan Khmer dengan pembagian periode sejak zaman pre-Angkorian, Angkorian dan post-Angkorian. 
 Galeri ketiga adalah Gallery B: Religion and Beliefs. Sesuai namanya, galeri dengan tagline ‘the Reflection of Khmer’s Beliefs’ ini menjelaskan agama dan kepercayaan masyarakat Khmer yang berpengaruh pada semua aspek kehidupan mereka, lengkap dengan legenda dan cerita rakyat yang memotivasi peradaban Angkor selama berabad-abad. Galeri keempat, Gallery C: the Great Khmer Kings yang berisi empat raja paling terkenal dalam sejarah Khmer dijabarkan secara mendalam. Mereka adalah Raja Jayawarman II yang menyatukan dua kerajaan Chenla, Raja Yasowarman I yang mendirikan Angkor sebagai ibukota kerajaan, Raja Suryawarman II yang membangun Angkor Wat sekitar tahun 1116-1145, dan Raja Jayawarman II yang membangun Angkor Thom pada periode 1181-1201. Galeri kelima, Gallery D: Angkor Wat. Di galeri yang mengusung tagline ‘the Heaven on Earth’ ini pengunjung akan disuguhi film singkat mengenai Angkor Wat, mulai dari sejarah, konsep spiritual, dan teknik arsitektur serta konstruksi Angkor Wat. 

Galeri keenam, Gallery E: Angkor Thom. Galeri ini berisi penjelasan pembangunan dan perluasan Angkor Thom. Tagline ‘the Pantheons of Spirit’ mungkin dipilih untuk menggambarkan bahwa Angkor Thom merupakan suatu mahakarya peradaban Khmer yang sudah mengenal teknik rekayasa engineering untuk kepentingan umum pada masanya. Galeri ketujuh adalah Gallery F: Story from Stones. ‘the Evidence of the Past’ tagline galeri ini mencoba memperlihatkan bahwa peradaban besar Angkor memang nyata pernah ada dari seluruh prasasti yang dikumpulkan di seantero Angkor. Galeri kedelapan, Gallery G: Ancient Costume. Disini kita bisa melihat busana, cara berpakaian, perhiasan, dan berbagai aksesoris penunjang pada setiap masa peradaban Khmer yang ditampilkan oleh dewa, dewi, dan Apasara dengan berbagai gaya dan ornament. Seperti pada peradaban lain di dunia, peradaban Khmer pun membedakan status bermasyarakat dari keindahan dan kerumitan perhiasan dan aksesoris yang dikenakan. 

Angkor National Museum sangat menarik dan informatif. Dengan pencahayaan yang artistik, pengunjung tidak akan bosan mempelajari sejarah besar yang ada di dalamnya. Mengunjungi Angkor National Museum sangat direkomendasikan sebelum berkeliling Angkor Archaelogical Park. Di samping penjelasan tertulis yang sempurna, disediakan pula audio tour guide yang bisa disewa dengan USD 3 dan tersedia dalam 7 pilihan bahasa yaitu Inggris, Jerman, Jepang, Korea, China, Thailand dan Perancis. Tetapi sayangnya pengunjung tidak diperbolehkan mengambil gambar bagian dalam museum. Pengunjung hanya diperbolehkan mengambil gambar di luar museum.
ANGKOR ARCHAELOGICAL PARK
Memasuki kawasan Angkor archaelogical park kita membayar 20$ untuk kunjungan sehari, 40$ untuk kunjungan 3 hari dan 60$ untuk kunjungan seminggu.  Hari berkunjung tidak harus sesuai tanggal pembelian tiket, tetapi ada masa berlaku dari tiket tersebut. Saya membeli tiket 40$ untuk kunjungan tiga hari. Terdapat photo diri pengunjung dalam tiket, tanda lubang jumlah hari berkunjung dan pemeriksaan tiket di pintu masuk setiap candi sehingga memperkecil kemungkinan pengunjung masuk tanpa tiket. 

Angkor archaelogical park memiliki banyak candi yang fotogenik dan eksotik untuk dikunjungi wisatawan. Angkot Wat merupakan candi paling terkenal yang dibangun pada awal abad ke 12 hingga pertengahan abad ke 12 pada masa pemerintahan Suryavarman II, periode Hindu. Terdiri dari tiga tingkatan candi, Angkot Wat memiliki lima mahkota lotus  dengan tower yang berdiri setinggi 65 meter.  Pengunjung dapat menaiki tower untuk melihat keseluruhan candi dari ketinggian.

  

Selain Angkot Wat yang sangat terkenal, candi yang paling banyak dikunjungi adalah Ta Prohm atau lebih dikenal sebagai candi Tomb Raider karena pernah digunakan sebagai lokasi syuting film Tomb Raider dengan bintang Angelina Jolie sebagai Lara Croft.  Keunikan Ta Prohm adalah akar-akar pohon besar yang berusia ratusan tahun menjalar diatas bangunan-bangunan candi. Tidak hanya itu, batang-batang pohon yang ada di Ta Prohm tampak berkilau saat tertimpa sinar matahari.  Candi lain yang tidak kalah menarik adalah Bayon. Candi yang dibangun pada masa pemerintahan Jayavarman VII ini merupakan candi Budha dengan 216 wajah. Setiap bangunan memiliki wajah yang berbeda-beda. Bagian dalam candi sendiri sangat besar dan memiliki banyak ruangan.

Jika kita tidak menyukai sesuatu yang terlalu mainstream dan touristik, jangan kuatir. Masih banyak candi eksotis yang bisa kita kunjungi seperti Angkor Thom,  Terrace of the Elephants, Preah Khan, Preah Neak Poan, Srah Srang yang merupakan tempat pemandian raja pada masa lalu dan candi-candi kecil lainnya yang tak kalah menarik.  Menghabiskan waktu di Angkor archaelogical park membuat kita diseret kembali ke masa lalu saat kerajaan Angkor ini berdiri dengan megahnya.
BERBURU MATAHARI

Selain wisata candi, para pemburu matahari akan dipuaskan dengan pemandangan sunset dan sunrise yang indah di Angkor archaelogical park ini. Pagi masih berkabut saat saya bersama ratusan orang berburu sunrise di kompleks Angkor Wat.  Berpuluh tuk-tuk yang mengantar wisatawan menuju Angkor Wat melaju seolah tak mau kehilangan kesempatan berburu matahari pagi. Angin sejuk dari kawasan hutan Angkor membelai wajah-wajah yang antusias. Begitu saya memasuki kawasan Angkor Wat untuk melihat sunrise, para pengunjung sudah berjubel memenuhi area depan kolam. Di depan kolam itulah pantulan sunrise dengan siluet Angkor Wat yang berdiri megah siap ditangkap ratusan kamera dari berbagai belahan dunia.

 Cahaya merah mulai menyebar di langit timur dan memantul di kolam depan Angkor Wat saat jarum jam menunjukkan pukul 6 pagi. Pengunjung terdiam menyaksikan matahari yang bangkit dari tidurnya dan menciptakan siluet yang menawan. Hanya terdengar jeklikan kamera untuk mengabadikan moment spesial itu. Perpaduan bangunan kuno yang eksotis dan kebesaran Tuhan bisa kita lihat dalam sunset Angkot Wat ini.

 

Tak hanya berburu sunrise yang mempesona di kawasan Angkor Wat, para pengunjung juga bisa menikmati sunset di Phnom Bakheng.  Candi ini dibangun di atas bukit Bakheng pada masa pemerintahan Jayavarman V, periode Hindu sekitar awal akhir abad 10 hingga awal abad 11.  Untuk mencapai candi ini memerlukan waktu sekitar 30 menit naik ke atas bukit. Dari atas Phnom Bakheng kita bisa menikmati pemandangan Angkor Wat dan danau Tonle Sap dari kejauhan, kota Siem Reap dari ketinggian. Tak hanya itu, kita juga bisa mengendarai gajah menyusuri bukit dengan membayar USD 20$. 

 

Karena lokasi Phnom Bakheng sedang diperbaharui, maka pengunjung yang menaiki candi untuk melihat sunset dibatasi hanya 300 orang.  Jika sudah mencapai kuota 300 orang, maka kita akan menunggu mereka yang turun untuk bisa naik ke atas candi. Pengunjung yang ingin menikmati sunset di lokasi Phnom Bakheng ini sangat banyak, maka disarankan datang lebih awal karena pada pukul 17.30, pintu naik ke atas bukit sudah ditutup. 

Tak kalah menawan dengan sunrise di Angkor Wat, sunset di Phnom Bakheng menciptakan pemandangan yang luar biasa. Matahari keemasan tenggelam di tengah kota Siem Reap dengan siluet candi yang eksotis membuat pengunjung merasa damai menikmati hari yang tersisa.  Rasanya ingin lebih lama berdiam di ketinggian sambil menikmati langit yang sebentar lagi bertabur bintang, namun saya harus segera turun. Petugas sebentar lagi akan mengusir para pengunjung untuk meninggalkan candi. Bukit sudah gelap dan binatang hutan mulai bersuara saat saya turun menyusuri bukit meninggalkan Phnom Bakheng.
OLD MARKET, NIGHT MARKET dan PUB STREET
Anda ingin berburu oleh-oleh atau menikmati kehidupan malam di Siem Reap? Di sini tempatnya. Old market berdekatan dengan pub street dan night market. Pada siang hari, wisatawan bisa berbelanja berbagai macam souvenir dan hasil kerajinan tangan Kamboja sementara malam harinya, night market dan pub street akan ramai dikunjungi orang untuk belanja, makan malam dan menikmati kehidupan malam.  Di sekitar tempat ini juga banyak kita temukan guesthouse, bar dan restoran dengan harga yang terjangkau.

Berbagai jenis souvenir khas kamboja dan oleh-oleh khas Kamboja dijual di area Old Market dengan harga yang bisa ditawar seperti Krama, kain khas Kamboja bermotif kotak-kotak atau garis-garis dan berbagai souvenir. Harga souvenir di Old Market lebih murah daripada jika anda belanja di night market. 

MAKANAN KHAS KAMBOJA
Tidak lengkap rasanya jika kita berkunjung ke suatu kota tanpa menikmati makanan khas mereka. Begitu juga makanan khas Kamboja yang nikmat. Saya mencoba beberapa makanan khas atau bisa disebut lauk pauk yang dimakan bersamaan dengan nasi. Restoran yang saya kunjungi merekomendasikan saya mencoba Amok, Cem Cemerik dan Lok Lak.  Amok terbuat dari ikan yang dipepes, sementara Cem Cemerik terbuat dari seafood dan Lok Lak dari daging bumbu kari. Ada satu menu yang sangat terkenal di salah satu restoran muslim yaitu Beef Climbing Mountain. Menu ini banyak diburu para pandatang muslim karena penasaran. Hampir mirip dengan Lok Lak, Beef Climbing Mountain terbuat dari daging yang dimasak dengan sayuran. Nama unik ini berasal dari pemilik restoran Malaysia untuk mengundang pengunjung datang ke restoran.

Mengunjungi Kamboja seolah kembali ke masa lalu yang eksotis, agung dan megah. Jika anda menyukai hal-hal yang beraroma masa lalu dan wisata sejarah, Kamboja adalah tempat yang tepat. Tunggu apa lagi? Let’s go!
Avatar
Writer / Published posts: 109

Writer, Traveller and Dreamer

Twitter
Facebook
Youtube
Flickr
Instagram
2 comments on “Cambodia, Siem Reap : Berburu Matahari Di Angkor Archaelogical Park
    Avatar
    Della

    Hai, Tary *sok akrab mode on*
    Dari IG aku meluncur ke blog, hihihi…
    Mo tanya, di Kamboja apa-apa bayar pake dolar atau karena masuk wilayah turisme makanya dikasih kurs dolar? Akuh kepo 😀

    Avatar
    tary-lestari

    hai Della, salam kenal juga hehe. Di sana mata uang yang berlaku US dollar sama Riil mata uang Kamboja. Tapi kebanyakan turis menggunakan dollar karena kalo sisa lebih mudah ditukarkan. Uang Riil kamboja agak susah ditukar diluar Kamboja 🙂

Comments are closed.